Home » » Ideologi Sudah Lama Mati!

Ideologi Sudah Lama Mati!

 



     Soekarno pernah mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup. Demikian pula dengan Soeharto, biar kekuasaanya tetap langgeng, dia menyulap sistem multipartai menjadi dua partai dan satu golongan karya, dengan Golkar sebagai kontestan yang selalu menang pemilu di setiap periodenya. Para orang-orang menengah-kebawah seperti buruh dan tani memilih ideologi Komunis karena mereka pikir jika Komunis terwujud maka keadilan akan tercapai. Keadilan seperti apa? Jika mendapat kue atau apapun harus sama rata? Bagaimana itu bisa terwujud? Pasti akan lebih banyak pemberontakan terjadi. Bahkah pada zaman Orde Lama yang katanya komunis dulu masih banyak orang lapar. Demokrasi terpimpin era Soekarno itu menakutkan, Orang/pers yang mengkritik pemerintah pasti akan dibungkam siapapun itu contohnya Harian Indonesia Raya.

     Pasca G30SPKI, Kader-kader PKI dan simpatisan Partai Komunis Indonesia dibunuh tanpa pengadilan, momen-momen mengerikan saat gulingnya Soekarno dan awal kepemimpinan Orde Baru. Orde Baru dengan leluasa membunuh orang-orang komunis dan Gerwani dengan santai dan berkata " Mereka adalah orang pengkhianat yang akan menggantikan Pancasila dengan Komunis!". Kalangan Ulama pun dipaksa untuk meneriakkan bahwa "Darah Komunis Itu Halal!". Kepala-kepala tanpa tubuh hanyut di sungai Jawa ataupun Bali.

     Pada awal kepemimpinan orde baru menyatakan bahwa membuang jauh praktik demokrasi terpimpin diganti dengan demokrasi Pansasila, hal ini mendapat sambutan positif dari semua tokoh dan kalangan, sehingga lahirlah istilah pers Pancasila.  Menurut sidang pleno ke 25 Dewan Pers bahwa Pers Pancasila adalah pers Indonesia dalam arti pers yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.  Hakekat pers Pancasila adalah pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat, dan kontrol sosial yang konstruktif.

     Masa kebebasan ini berlangsung selama delapan tahun disebabkan terjadinya peristiwa malari (Malapetaka Lima Belas Januari 1974) sehingga pers kembali seperti zaman orde lama.  Dengan peristiwa malari beberapa surat kabar dilarang terbit termasuk Kompas.  Pers pasca peristiwa malari cenderung pers yang mewakili kepentingan penguasa, pemerintah atau negara.  Pers tidak pernah melakukan kontrol sosial disaat itu.  Pemerintah orde baru menganggap bahwa pers adalah institusi politik yang harus diatur dan dikontrol sebagaimana organisasi masa dan partai politik. Akhirnya pada 1998, Rezim Orde Baru tumbang oleh gerakan mahasiswa yang diberi nama Progres 98.

Politisi yang diharapkan oleh masyarakat untuk mewakili suara rakyat ternyata menjadi sebuah momok berupa monster yang malah menzalimi rakyat itu sendiri. Seakan-akan rakyat bukan lagi manusia yang nasibnya harus diperjuangkan. Kecenderungan ini terus berjalan, dosa-dosa kecil yang terus ditabung oleh politisi seakan tidak pernah berhenti. Kasus demi kasus telah menjadi makanan pokok sehari-hari rakyat, baik melalui media massa atau media elektronik. Kasus politik yang menyajikan drama kepentingan politik pada masyarakat. Hak-hak hidup layak masyarakat digadaikan oleh kepentingan politik masing-masing kubu. Lantas siapa yang akan menanggung nasib rakyat? Rakyat tidak butuh tontonan drama seperti hal tersebut. Lebih baik pejabat negara mengurus dengan baik sumber daya alam dan sumber daya mineral Indonesia untuk kesejahteraan rakyat. Rakyat hanya butuh nasibnya diperhatikan oleh pemerintah, kesejahteraannya dijamin negara, dan hak-haknya dipenuhi oleh pemerintah dan negara. Pejabat negara merupakan abdi rakyat. Seharusnya pejabat negara yang memiliki kekuasaan bertanggung jawab atas nasib rakyatnya, bukan malah rakyat yang menjadi korban politik kepentingan kaum elite.

     Pada masa sekarang, mereka wakil-wakil rakyat dan elite politik pemerintahan ( Walaupun tidak semua ) berkata " Jangan sakiti rakyat, BBM naik rakyat menangis " itu adalah air mata kaum munafik! Mereka yang dulu berkata seperti itu tetapi sekarang tidak berteriak. Hari ini, Korupsi sudah menjadi tradisi! Mereka berpura-pura membela rakyat! Hari ini juga, Pancasila sudah tidak diamalkan, mereka tidak mengamalkan nilai nilai Pancasila. Sekarang demokrasi hanya dibicarakan dari mulut ke mulut saja. Belum lama ini aksi unjuk rasa terhadap Rezim Joko Widodo pun tidak hadir di Televisi. Apakah saat ini pers juga sudah dibungkam? Ibu Pertiwi menangis melihat anak-anaknya nakal semua. Ideologi Sudah Lama Mati, yang ada hanyalah perut rakyat yang lapar!

" Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir? " - Soe Hok Gie

Sumber: Massa Misterius Malari dan Soe Hok Gie Tak Pernah Mati
Sumber Gambar : https://freakfloyd.files.wordpress.com/2012/06/garuda.jpg

Silahkan beri kritik/saran.

0 komentar:

Posting Komentar